modernchic.id – Total utang masyarakat Indonesia melalui layanan beli sekarang bayar nanti (BNPL) telah mengalami peningkatan signifikan, mencapai Rp 31,55 triliun per Juni 2025. Angka ini terdiri dari utang perbankan sebesar Rp 22,99 triliun dan perusahaan pembiayaan sebesar Rp 8,56 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengungkapkan bahwa baki debet kredit BNPL tumbuh sebesar 29,75% secara tahunan, dengan jumlah rekening mencapai 26,96 juta.
Pertumbuhan Utang Paylater Perbankan
Perbankan di Indonesia mencatatkan pertumbuhan utang paylater yang cukup signifikan, mencapai Rp 22,99 triliun pada bulan Juni 2025. Menurut Dian Ediana Rae, ‘Per Juni 2025, baki debet kredit BNPL tumbuh sebesar 29,75% YoY menjadi sebesar Rp 22,99 triliun dengan jumlah rekening 26,96 juta.’
Meskipun nilai ini tergolong kecil dibandingkan total kredit perbankan yang mencapai Rp 7.080 triliun, pertumbuhan tahunan sebesar 7,77% menunjukkan bahwa paylater semakin menjadi pilihan masyarakat. Porsi kredit paylater ini pun hanya setara 0,28% dari total kredit perbankan.
Angka tersebut menggambarkan bahwa meskipunBNPL masih dalam tahap awal dibandingkan produk pembiayaan lain, minat masyarakat untuk memanfaatkan kemudahan yang ditawarkan semakin meningkat.
Dengan semakin populernya opsi pembayaran ini, diharapkan ada edukasi lebih lanjut untuk segenap lapisan masyarakat agar dapat memanfaatkan layanan ini dengan bijaksana.
Kenaikan Utang dari Sektor Pembiayaan
Sektor pembiayaan juga mencatatkan lonjakan yang signifikan dalam penyaluran kredit paylater. Agusman, Kepala Eksekutif Pengawasan Lembaga Pembiayaan OJK menjelaskan bahwa ‘pembiayaan BNPL oleh perusahaan pembiayaan pada Juni 2025 tercatat meningkat sebesar 56,26% YoY menjadi Rp 8,56 triliun.’
Meskipun juga mengalami kenaikan, net non-performing loan (NPF) dari sektor ini tercatat sebesar 3,25%. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun banyak masyarakat yang menggunakan layanan paylater, ada juga risiko yang harus diperhatikan terkait kemampuan pembayaran.
Keberadaan NPF yang meningkat menyoroti pentingnya analisis risiko bagi lembaga pembiayaan dalam menawarkan produk ini. Oleh sebab itu, pengawasan terhadap kemampuan bayar konsumen menjadi sangat vital.
Kebutuhan akan edukasi keuangan yang baik di masyarakat juga mendesak, guna membantu konsumen memahami bagaimana cara bertanggung jawab saat menggunakan fasilitas ini.
Tren Kenaikan Utang Paylater
Kenaikan utang paylater ini terlihat konsisten dari bulan ke bulan. Pada Mei 2025, total utang paylater tercatat sebesar Rp 30,47 triliun dan pada bulan April 2025 sebesar Rp 29,59 triliun.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin bergantung pada skema bayar nanti ini, meskipun ada risiko yang mengintai. OJK menekankan pentingnya kesadaran finansial bagi konsumen dalam menggunakan fasilitas ini agar tidak terjebak dalam utang.
Konsistensi dalam pertumbuhan utang memberikan sinyal bahwa masyarakat telah mulai beradaptasi dengan tren pemanfaatan layanan bayar nanti. Namun, kewaspadaan terhadap risiko yang ada harus tetap dijunjung tinggi.
Oleh karenanya, layanan BNPL tidak hanya harus diakses dengan baik, tetapi juga dipahami dengan bijak oleh konsumen agar tidak menimbulkan masalah finansial di masa depan.